[In deutscher Sprache]
Khotbah kemarin di Alte Nikolaikirche dari Pendeta Junita Rondonuwu-Lasut.
Saudara dan saudari yang terkasih,
Konflik didunia ini, dari dahulu sampai sekarang akarnya sama, yaitu ketidakadilan. Terjadi konflik antara kelompok kecil kaya yang menguasai tanah dan kelompok besar miskin karena tidak punya tanah.
Di Indonesia kelompok kecil yang menguasai tanah ini, membuat perkebunan kelapa sawit yang besar. Mereka merombak hutan tropis, sehingga lingkungan menjadi rusak. Sementara rakyat miskin yang tidak memiliki atau memiliki tanah tapi hanya tanah kecil, tidak punya alat-alat pertanian untuk membuat pertanian yang produktif.
Adakah solusi mengatasi konflik karena ketidak adilan itu?
Firman Tuhan dalam Mikha 4, 2-3 mengatakan: „Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan firman TUHAN dari Yerusalem."
Ia akan menjadi hakim antara banyak bangsa, dan akan menjadi wasit bagi suku-suku bangsa yang besar sampai ke tempat yang jauh; mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.
Allah tidak menghendaki konflik kekerasan. Lalu bagaimana mengatasi kekerasan? Caranya merubah alat kekerasan menjadi alat yang produktif untuk kepentingan semua pihak. Pedang dan tumbak yang dipakai untuk membunuh sesama manusia, diubah menjadi alat pertanian seperti mata bajak dan pisau pemangkas.
Negara-negara maju seperti USA, Rusia dan Jerman membuat senjata moderen. Harganya sangat mahal. Sementara yang membeli alat-alat perang itu adalah negara-negara miskin.
Bayangkan jika senjata pembunuh berharga miliaran dollar itu dialihkan menjadi alat-alat pertanian, atau rumah sakit dan sekolah-sekolah. Pasti peperangan kita bisa cegah. Kalau peperangan bisa dihindari, maka kita tidak akan mengalami krisis pengungsi.
Pengungsi itu sudah terjadi sejak jaman dahulu. Orang mengungsi karena peperangan. Jadi solusi mengatasi pengungsi adalah cegah peperangan, buatlah aksi perdamaian.
Yesus datang dibumi ini untuk membawa damai. Gereja adalah alat untuk perdamaian. Karena itu kita berkumpul disini untuk berdoa dan ikut berjuang untuk perdamaian. Selalu, lebih indah berdamai dari pada berperang.
Yesus berkata dalam Matius 5,9 „Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah“.
Amin.
|
Persekutuan Gereja-Gereja Kristen Frankfurt (ACK) merayakan "Doa-Kota" secara ekumenis untuk perdamaian dan rekonsiliasi pada hari Selasa
minggu ketiga stiap bulan, pukul 18:00 sore, di Alte Nikolaikirche di Römerberg. Doa untuk perdamaian diselenggarakan atas inisiatif jemaat-jemaat di Frankfurt.
Doa-Kota dimaksudkan untuk ikut menggumuli penderitaan orang-orang di muka bumi ini, yang mengalami perlakuan ketidakadilan dan kekerasan dan untuk mendoakan mereka.
Doa-Kota berikutnya:
Selasa, 18.6.2019 jam 6:00 sore: Pendeta Veit Dinkelacker
|